WP BLOG

www.wiwit-pujiani.blogspot.com

0 Alunan Dawai...



Dawai itu...
Mengalun runtun berdayun
Melukis pagi dengan tinta seulas senyum
Menebar sedekah musafir dari seberang gurun
Seorang bidadari memecah sunyi dari rumpun keheningan

Dawai itu..
Masih alun berayun
Bercerita tentang penantian & Kesetiaan
Meramahkan badai menjadi salju
Mendamaikan perang tirani bejibaku
Menjadi sebuah karunia syukur berdinasti
Dalam istana jiwa gemah ripah lohjinawi

Dawai itu...
Pontang panting terus berdenting
Temani buana ngarai
Mengelus grigi larik2 tebing
Sebuah hati dalam ngiang
serupai bayi dalam embanan , yang berhenya nafas-nafas alam mimpi
Menggeliat kekiri mengganti sendi-sendi yang mati
Terdengar desah halus dari pori2 maronggi

Robbi..
Sungguh tak secelahpun ada cara untuk tidak mensyukuri peduli-Mu

Dawai itu ..
makin alun bersusun
Melenakan gembala yang bersandar dipohon raksasa
Bersama kerukunan domba2 bercengkrama dgn keluarga srigala
Mereka berdendang dikaki cakrawala

Bermandikan cahaya bias bianglala
Beriring alun biola Sorga
Semua berseru...
Ya Rabbana 3x
Irhamna wagfirlana



431=2
SelanjÜtnÿa•♫


0 Wahai Kau Yang Tak Pernah Kemana



Lekak lekuk dahanan meliuk mencari kesempurnaan diri dari sudut sinar matahari..
Menanggalkan daun-daun tua
Menampakan serat-serat perkasa
Pohon yang tak pernah kemana

Seonggok kehidupan yang hidup
yang dibutuhkan tanpa membutuhkan
berhias dengan anting2 ranting
Bersolek dari karat tempaan waktu
Hai pohon yang tak pernah kemana

Ajarilah aku sedikit tentang falsafahmu
tentang penyerapan sari bumi
tentang kekokohan dihadapan badai
tentang ketenangan ditengah kemarau
dan tentang keranuman semimu yang cantik...

Aduh pohon yang tak pernah kemana
Bertengger dicadas pualam hitam
cengkram akarmu menjadi saksi lekang rentangnya usiamu
Dhuduslah aq dengan ma'rifahmu
Seperti ketinggian mahkotamu yang menantang angkasa
Atau dengan kedalaman tunggangmu yang memancarkan mata air
Wahai engkau yang tak pernah kemana

431=2
SelanjÜtnÿa•♫


1 Rasa, Cinta, Kasih dan Sayang



Perihal rasa  :
Stigma Naluri yang bernaung dibawah cahaya kehidupan
bergerak merepah.. menyentuh sesuatu yg bisa disentuh

Perihal Cinta :
Gejolak hasrat yang terpikat dan terikat dipohon keangkuhan
Meronta dalam kepekatan mlm
berkeliaran di terik sinar Matahari

Perihal Kasih
Buana Sukma yang mengalir dari sungai kesejukan musim semi
memapah karang-karang menjadi batu penyanggah
Menuntun selaksa asa berkerling menjadi butiran doa-doa


Perihal Sayang :
Seulas senyum purnama menyapa gemintang
membawa sepucuk surat yang berisikan tentang kedamaian belantara
Ditengah hamparan permadani jingga
Direntangkan kabut yang menyimpan kristal-kristal embun
Seperti peluh meluluh dalam bejana ruh kearifan senja

Perihal Rasa Cinta Kasih & Sayang
Bukalah matamu
Bekerjakanlah pikiranmu
Lalu bawalah hatimu berdzikir tentangnya
Tentang kedewasaan
Tentang Kematangan
Tentang Kemandirian
Tentang Keteguhan
Tentang Keramahan
Tentang Ketenangan
Tentang Etika Jiwa

Jiwa yang akan membuat dan membawamu menuju kesejahteraan hidup dalam kehidupan yang kekal selamanya.

431=2
SelanjÜtnÿa•♫


1 Rinduku........



Takkan lesu badan ini menahan letih
Mencarimu dan terus mencarimu diruang waktu yang sempit dan pengap
Takkan lelah hati ini menyimpan duka
Menantimu dan tetap menantimu disisi pembaringan yang sunyi dan gelap
Takbir ber-elu tentang kebesaran Tuhan
Beririrng getar segenap hati setiap insan seiman
Sementara aku tenggelam bersama bayangnya yang sayu
Sayu seperti hatiku yang kelu
Kelu karna jiwaku telah layu
Layu oleh sebab wajahmu kekasih
Kenapa dan entah kenapa
Malamku terasa hambar tanpanya
Siangku terasa ketar tanpanya
Keluh gelisah sukma membelit nadi-nadiku
Desah gemuruh Ruh mengerang kuat mencengkram jantungku
Aroma nafasnya bersemambur berputar mengitari dadaku
Kesat wangi keringatnya berlulur membanjiri sekujur tubuhku mengucur
Robb…
Engkau pemilik semua hati dan rasa
Dan aku telah persembahkan sebagian hati dan rasaku padanya
Seandai itu salah di’Ain-MU
Luruskan aku menuju jalan-MU
Wahai Hubb…
Sembah ampun aku atas segala dosa-dosaku padamu
Yang telah yang sedang dan yang akan
Cintaku selalu menyandingmu
Kasih dan sayangku akan selalu setia menjaga dan mengawasimu dari balik biliknya yang rapuh
Jiwaku haus padamu
Hatiku kerontang karnamu
Allahu ya Allah
SelanjÜtnÿa•♫


0 PEMERIKSAAN DIRI DAN ZIKIR KEPADA ALLAH



Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa di dalam al-Qur'an Tuhan telah berfirman, "Akan Kami pasang satu timbangan yang adil di Hari Perhitungan dan tak akan ada jiwa yang dianiaya dalam segala hal. Siapa pun yang telah menempa satu butir kebaikan atau maksiat, kelak pada hari itu akan melihatnya." Di dalam al-Qur'an juga tertulis, "Setiap jiwa akan melihat apa yang diperbuat sebelumnya pada Hari Perhitungan." Khalifah Umar pernah berkata, "Tuntutlah pertanggungjawaban dari dirimu sebelum dituntut pertanggungjawabanmu." Dan Tuhan berfirman, "Wahai kaum mukminin, bersabar dan berjuanglah melawan nafsu-nafsumu dan kemudian beristiqamahlah." Semua wali paham bahwa mereka datang ke dunia ini untuk menyelenggarakan suatu lalu-lintas ruhaniah. Perolehan ataupun kerugian yang menjadi akibatnya adalah surga atau neraka. Oleh karena itu, mereka selalu menatap dengan pandangan waspada kepada badan mereka yang berkhianat, bisa menyebabkan mereka menderita kerugian besar. Oleh karena itu, hanya orang-orang bijaksana sajalah yang setelah shalat subuhnya menghabiskan satu jam penuh untuk mengadakan perhitungan ruhaniah dan berkata kepada jiwanya, "Wahai jiwaku, engkau hanya mempunyai satu hidup. Tidak satu pun saat yang telah lewat bisa dikembalikan, karena dalam perbendaharaan Allah jumlah nafas bagianmu sudah tertentu dan tidak bisa ditambah. Ketika kehidupan telah berakhir, tidak ada lagi lalu-lintas ruhaniah yang mungkin kau peroleh. Karena itu, apa yang bisa kau kerjakan, kerjakanlah sekarang. Perlakuan hari ini sedemikian rupa seakan-akan hidupmu telah kau habiskan sama sekali dan bahwa hari ini adalah hari tambahan yang dianugerahkan kepadamu oleh rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa. Kekeliruan apa lagi yang lebih besar daripada menyia-nyiakannya?"
Pada Hari Kebangkitan seseorang akan mendapati seluruh jam-jam hidupnya terjajar seperti satu deret lemari perbendaharaan. Pintu salah satu lemari itu akan terbuka dan akan tampak penuh dengan cahaya. Hal itu mencerminkan saat yang dihabiskan untuk melakukan kebaikan. Hatinya akan dipenuhi dengan kegembiraan sedemikian besar sehingga sebagian daripadanya saja sudah akan membuat penghuni neraka melupakan api itu. Pintu lemari yang kedua akan terbuka; di dalamnya gelap pekat dan dari dalamnya terpancar bau tidak enak, yang menyebabkan setiap orang menutup hidungnya. Itu mencerminkan saat-saat yang dihabiskan untuk berbuat maksiat. Ia akan merasakan takut yang sedemikian besar sehingga sebagian daripadanya saja sudah akan segera membuat penghuni surga gelisah dan memohon rahmat. Pintu lemari yang ketiga pun terbuka; di dalamnya tampak kosong, tak ada cahaya tidak pula gelap. Ini mencerminkan saat-saat yang tidak dipakai untuk melakukan kebaikan maupun maksiat. Waktu itu ia akan merasa sangat menyesal dan bingung laksana seorang yang memiliki harta banyak, tapi menyia-nyiakannya atau membiarkannya lepas begitu saja dari genggamannya. Jadi, seluruh rangkaian saat-saat hidupnya akan dipertunjukkan satu demi satu di depan matanya. Lantaran itu, seseorang mesti berkata kepada jiwanya setiap pagi: "Allah telah memberimu khazanah dua puluh empat jam. Berhati-hatilah agar engkau tidak kehilangan satu pun di antaranya, karena engkau tidak akan mampu menahan penyesalan yang akan mengikuti kerugian seperti itu."
Para wali telah berkata, "Sekalipun, misalnya, Allah akan mengampuni anda yang menyia-nyiakan kehidupan, anda tidak akan bisa mencapai tingkatan orang-orang saleh dan mesti akan menyesali kerugian anda. Oleh karena itu, awasilah dengan ketat lidah anda, mata anda dan segenap anggota rubuh anda, karena masing-masing daripadanya mungkin menjadi pintu gerbang menuju neraka. Ucapkanlah pada badan anda, 'Jika engkau memberontak, sesungguhnya aku akan menghukummu' karena meskipun badan itu keras kepala, ia mampu menerima perintah dan bisa dijinakkan dengan keprihatinan." Itulah tujuan pemeriksaan diri, dan Nabi saw. telah berkata, "Kebahagiaan itu bagi orang yang sekarang mengerjakan amal-amal yang akan memberikan keuntungan baginya setelah mati."
Sekarang sampailah kita pada dzikrullah yang berarti ingatnya seseorang bahwa Allah mengamati seluruh tindakan dan pikirannya. Orang-orang hanya melihat penampilan luar, sementara Allah melihat keduanya; yang di luar maupun yang di dalam diri manusia. Orang yang benar-benar mempercayai hal ini akan mampu mendisiplinkan wujud-luar maupun wujud-dalamnya. Jika ia menyangkal hal ini, maka ia adalah seorang kafir; dan jika sementara mempercayainya dia bertindak bertentangan dengan kepercayaannya itu, maka dia telah melakukan kesalahan berupa bersikap angkuh yang paling parah.
Suatu hari seorang Habsy datang kepada Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya telah melakukan banyak dosa. Mungkinkah tobat saya bisa diterima?" Nabi menjawab, "Ya." Kemudian sang Habsy berkata, "Wahai Rasulullah, setiap saya melakukan dosa, adakah Tuhan benar-benar melihatnya?" "Ya," jawab beliau. Sang Habsy pun melontarkan pekikan dan kemudian jatuh tak sadar. Sebelum seseorang benar-benar yakin akan kenyataan bahwa ia selalu berada di dalam pengamatan Allah, tidak mungkin ia bertindak di jalan yang benar.
Seorang Syaikh suatu kali mempunyai seorang murid yang ia sayangi lebih dari yang lain, sehingga membangkitkan rasa iri mereka. Suatu hari sang Syaikh memberi masing-masing muridnya seekor unggas dan memerintahkan mereka untuk pergi dan membunuhnya di suatu tempat yang tak ada yang bisa melihat. Sesuai dengan itu, setiap muridnya membunuh unggasnya di tempat yang tersembunyi dan membawanya kembali, kecuali murid Syaikh yang paling disayanginya itu. Ia membawa kembali unggas itu dalam keadaan hidup seraya berkata, "Saya tak bisa menemukan tempat seperti itu, karena Allah selalu melihatku di mana-mana." Sang Syaikh pun berkata kepada muridnya yang lain, "Sekarang kamu tahu tingkatan anak muda ini. Ia telah mencapai tingkat selalu mengingati Allah."
Ketika Zulaikha menggoda Yusuf, ia menutupkan kain ke atas wajah berhala yang biasa disembanya. Yusuf berkata kepadanya, "Wahai Zulaikha, engaku malu di hadapan seonggokan batu, maka tidakkah aku mesti malu di hadapan Dia yang menciptakan tujuh langit dan bumi." Satu kali seseorang datang kepada Wali Junaid dan berkata, "Saya tidak bisa menahan pandangan mata saya dari melihat hal-hal yang menggairahkan. Apa yang mesti saya perbuat?" Jawab Junaid, "Dengan mengingat bahwa Allah melihatmu jauh lebih jelas daripada kamu melihat orang lain." Di dalam hadits qudsi tertulis bahwa Allah berfirman, "surga itu bagi orang-orang yang sempat berkeinginan untuk mengerjakan dosa tapi kemudian ingat bahwa mataKu ada di atas mereka dan kemudian mereka menahan diri."
Abdullah bin Dinar meriwayatkan, bahwa suatu kali ia berjalan bersama Khalifah Umar di dekat Makkah ketika bertemu seorang anak laki-laki penggembala sedang menggembalakan sekawanan domba. Umar berkata kepadanya, "Juallah seekor domba padaku." Anak laki-laki itu menjawab, "Domba-domba ini bukan milikku, tapi milik tuanku." Kemudian untuk mengujinya, Umar berkata, "Engkau kan bisa berkata kepadanya bahwa seekor srigala telah menyambar salah satu di antaranya, dan dia tidak akan tahu apa-apa mengenai hal itu?" "Tidak, memang dia tak akan tahu," kata anak itu, "tapi Allah akan mengetahuinya." Umar pun menangis dan mendatangi majikan anak laki-laki itu untuk membelinya dan kemudian membebaskannya sambil berkata, "Ucapanmu itu telah membuatmu bebas di dunia ini akan akan membuatmu bebas pula di akhirat."
Ada dua tingkatan DZIKRULLAH ini.
Tingkatan PERTAMA adalah tingkatan para wali yang pikiran-pikirannya seluruhnya terserap dalam perenungan dan keagungan Allah, dan sama sekali tidak menyisakan lagi ruang di hati mereka untuk hal-hal lain. Inilah tingkatan zikir, yang lebih rendah, karena ketika hati manusia sudah tetap dan anggota-anggota tubuhnya sedemikian terkendalikan oleh hatinya sehingga mereka menjauhkan diri dari tindakan-tindakan yang sebenarnya halal, maka ia sama sekali tak lagi butuh akan alat ataupun penjaga terhadap dosa-dosanya. Terhadap zikir seperti inilah Nabi saw. berkata, "Orang yang bangun dipagi hari hanya dnegan Allah di dalam pikirannya maka Allah akan menjaganya di dunia ini maupun di akhirat."
Beberapa di antara penzikir ini sampai sedemikian larut dalam ingatan akan Dia, sehingga, mereka tidak mendengarkan orang yang bercakap dengan mereka, tidak melihat orang berjalan di depan mereka, tetapi terhuyung-huyung seakan-akan melanggar dinding. Seorang wali meriwayatkan bahwa suatu hari ia melewati tempat para pemanah sedang mengadakan perlombaan memanah. Agak jauh dari situ, seseorang duduk sendirian. "Saya mendekatinya dan mencoba mengajaknya berbicara, tetapi dia menjawab, 'Mengingat Allah lebih baik daripada bercakap.' Saya berkata, 'Tidakkah anda kesepian?" 'Tidak,' jawabnya, 'Allah dan dua malaikat bersama saya.' Sembari menunjuk kepada para pemanah saya bertanya, 'Mana di antara mereka yang telah berhasil menggondol gelar juara?' 'Orang yang telah ditakdirkan Allah untuk menggondolnya,' jawabnya. Kemudian saya bertanya, 'Jalan ini datang dari mana?" Terhadap pertanyaan ini dia mengarahkan matanya ke langit, kemudian bangkit dan pergi seraya berkata, "Ya Rabbi, banyak mahlukMu menghalang-halangi orang dari mengingatMu.' "
Wali Syibli suatu hari pergi mengunjungi sufi Tsauri. Didapatinya Tsauri sedang duduk tafakur sedemikian tenang sehingga tidak satu pun rambut di tubuhnya bergerak. Syibli pun bertanya kepadanya, "Dari siapa anda belajar mempraktekkan ketenangan tafakur seperti itu?" Tsauri menjawab, "Dari seekor kucing yang saya lihat menunggu di depan lobang tikus dengan sikap yang bahkan jauh lebih tenang daripada yang saya lakukan."
Ibnu Hanif meriwayatkan, "Kepada saya diberitakan bahwa di kota Sur seorang syaikh dengan seorang muridnya selalu duduk dan larut di dalam dzikrullah. Saya berangkat ke sana dan mendapati mereka berdua duduk dengan wajah menghadap ke Makkah. Saya mengucapkan salam kepada mereka tiga kali, tapi mereka tidak menjawab. Saya berkata, "Saya meminta dengan sangat, demi Allah, agar anda menjawab salam saya." Yang lebih muda mengangkat kepalanya dan menjawab, "Wahai Ibnu Hanif, dunia ini hanya ada untuk waktu yang singkat saja. Dan dari waktu yang singkat itu hanya sedikit yang masih tersisa. Anda telah menghalang-halangi kami dengan menuntut agar kami membalas salam anda." Ia kemudian menundukkan kepalanya kembali dan diam. Saya waktu itu merasa lapar dan haus, tetapi keingintahuan akan kedua orang itu membuat saya seakan lupa diri. Saya bersembahyang 'Ashar dan Maghrib bersama mereka, kemudian meminta mereka memberi nasehat-nasehat ruhaniah. Yang muda menjawab, "Wahai Ibnu Hanif, kami ini orang sengsara, kami tidak memiliki lidah untuk memberikan nasehat." Saya tetap berdiri di sana tiga hari tiga malam. Tidak satu patah kata pun terlontar dari kami dan tak seorang pun tidur. Kemudian saya berkata dalam hati, "Saya minta mereka dengan sangat, demi Allah, untuk memberi saya beberapa nasehat." Yang muda mengkasyaf pikiran saya, kemudian sekali lagi mengangkat kepalanya, "Pergi dan carilah seseorang yang dengan mengunjunginya akan membuat anda mengingati Allah, dan menanamkan rasa takut akan Dia di dalam hati anda, dan yang akan memberi anda nasehat melalui diamnya, bukan lewat cakapnya."
Itu semua adalah zikir para wali, yaitu berada dalam keadan terserap keseluruhan dalam perenungan akan Allah.
Tingkatan KEDUA dari dzikrullah adalah zikir "golongan kanan" (ashabul-Yamin). Orang-orang ini sadar bahwa Allah mengetahui segala sesuatu tentang mereka dan merasa malu dalam kehadiranNya. Meskipun demikian, mereka tidak larut dalam pikiran tentang keagungan-keagunganNya, melainkan tetap sepenuhnya sadar diri. Keadaan mereka seperti seseorang yang tiba-tiba terperangah di dalam keadaan telanjang dan dengan terburu-buru menutupi dirinya. Kelompok tingkatan pertama tadi menyerupai seseorang yang tiba-tiba mendapati dirinya di hadapan seorang raja dan merasa bingung serta kaget. Kelompok tingkatan kedua menyelidiki dengan teliti semua hal yang terlintas dalam pikiran mereka, karena pada hari akhir tiga pertanyaan akan ditanyakan berkenaan dengan setiap tindakan: kenapa engkau melakukannya?; bagaimana kamu melakukannya; apa tujuanmu melakukannya? Yang pertama ditanyakan karena seorang semestinya bertindak berdasarkan dorongan (impuls) Ilahiah dan bukan dorongan setan atau badaniah belaka. Jika pertanyaan ini dijawab dengan baik, maka pertanyaan kedua akan menguji tentang bagaimana pekerjaan itu dilakukan secara bijaksana atau ceroboh dan lalai. Dan yang ketiga, pekerjaan itu dilakukan hanya demi mencari ridha Tuhan ataukah demi memperoleh pujian manusia. Jika seseorang memahami arti pertanyaan-pertanyaan ini, ia akan menjadi sangat awas terhadap kadaan hatinya dan terhadap bagaimana ia berpikiran sebelum akhirnya bertindak. Memperbedakan pikiran-pikiran itu adalah hal yang sulit dan musykil dan orang yang tidak mampu melakukannya mesti mengaitkan dirinya pada seorang pengarah ruhani yang bisa menerangi hatinya. Ia mesti benar-benar menghindar dari orang-orang terpelajar yang sepenuhnya bersikap duniawi. Mereka itu agen setan. Allah berfirman kepada Daud a.s. "Wahai Daud, jangan bertanya tentang orang-orang terpelajar yang teracuni oleh cinta dunia, karena ia akan merampok kecintaanKu darimu." Dan Nabi saw. bersabda, "Allah mencintai orang yang cermat dalam meneliti soal-soal yang meragukan dan yang tidak membiarkan akalnya dikuasai oleh nafsunya." Nalar dan pembedaan berkaitan erat, dan orang yang di dalam dirinya nalar tidak mengendalikan nafsu tidak akan cermat melakukan penyelidikan.
Di samping beberapa peringatan tentang penelitian sebelum bertindak, seseorang juga mesti dengan ketat menuntut pertanggungjawaban dirinya atas tindakan-tindakan masa lampaunya. Setiap malam ia mesti memeriksa hatinya berkenaan dengan apa yang telah ia kerjakan., demi melihat telah beruntung ataukah merugi ia dalam modal ruhaninya. Inilah yang lebih penting, karena hati itu seperti rekanan dagang yang khianat yang selalu siap untuk menipu dan mengelabui. Kadang-kadang ia menampakkan perasaan mementingkan-diri-sendirinya dalam bentuk ketaatan kepada Allah sedemikian rupa, sehingga seseorang menyangka bahwa ia telah beruntung padahal sebenarnya ia merugi.
Seorang wali bernama Amiya, berumur enam puluh tahun, menghitung hari-hari dalam hidupnya dan ia dapati bahwa hari-harinya itu berjumlah 21.600 hari. Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Celaka aku, sekiranya aku melakukan satu dosa saja setiap harinya, bagaimana aku bisa melarikan diri dari timbunan 21.600 dosa?" Ia pun memekik dan rubuh ke tanah. Ketika orang-orang datang untuk membangunkannya, mereka dapati ia telah mati.
Tetapi sebagian besar manusia bersifat lalai dan tidak pernah berfikir untuk meminta pertanggungjawaban dirinya sendiri. Jika bagi setiap dosa yang dilakukannya, seseorang menempatkan sebutir batu di dalam sebuah rumah kosong, segera saja akan ia dapati rumah itu penuh dengan batu. Jika malaikat pencatat menuntut upah darinya bagi pekerjaan menuliskan dosa-dosanya, maka semua uangnya akan cepat sirna. Orang menghitung biji tasbih dengan rasa puas diri setiap kali mereka selesai menyebut nama Allah, tetapi mereka tidak mempunyai tasbih untuk menghitung kata-kata sia-sia yang tak terbilang banyaknya yang telah mereka ucapkan. Oleh karena itu, Khalifah Umar berkata, "Timbang benar-benar kata-kata dan tindakan-tindakanmu sebelum semuanya itu ditimbang pada saat pengadilan nanti." Ia sendiri sebelum beristirahat pada setiap malamnya biasa memukul kakinya dengan disertai rasa ngeri kemudian berseru, "Apa yang telah kau lakukan hari ini?" Abu Thalhah suatu kali shalat di sebuah kebun korma ketika menampak seekor burung indah yang melintas menyebabkannya salah hitung jumlah sujud yang telah dilakukannya. Untuk menghukum dirinya karena kelalaiannya ini, ia memberikan kebun kormanya kepada orang lain. Wali-wali seperti itu tahu bahwa sifat inderawi mereka cenderung untuk tersesat. Oleh karena itu mereka mengawasi dengan ketat dan menghukumnya untuk setiap kesalahan yang dilakukannya.
Jika seseorang mendapati dirinya bebal dan menolak sikap cermat dan disiplin diri, ia mesti selalu bersama-sama dengan seseorang yang cakap dalam praktek-praktek seperti itu agar ia tertulari entusiasme sang ahli tersebut. Seorang wali biasa berkata, "Jika saya ogah-ogahan dalam melakukan disiplin diri, saya menatap Muhammad ibn Wasi, dan memandangnya saja sudah akan menyalakan kembali semangat saya, paling tidak untuk seminggu." Jika seorang tidak bisa menemukan teladan sikap cermat seperti itu di sekitarnya, maka baik baginya utnuk mempelajari kehidupan para Wali. Ia juga mesti mendorong jiwanya!
"Wahai jiwaku, kau anggap dirimu cerdas, dan marah jika disebut tolol. Lalu sebetulnya kau ini apa? Kau persiapkan pakaianmu untuk menutupi dirimu dari gigitan musim dingin, tapi tidak kaupersiapkan diri untuk akhiratmu. Keadaanmu seperti seseorang yang di tengah musim dingin berkata, 'Saya tak akan mengenakan pakaian hangat, tetapi percaya pada rahmat Tuhan untuk melindungi saya dari dingin.' Ia lupa bahwa bersamaan dengan menciptakan dingin, Allah menunjuki manusia cara membuat pakaian untuk melindungi diri darinya dan menyediakan bahan-bahan untuk pakaian itu. Ingatlah juga, wahai diri, bahwa hukumanmu di akhirat bukan karena Allah marah pada ketidaktaatanmu, dan jangan berpikir: "Bagaimana mungkin dosa saya mengganggu Allah?" Nafsumu sendirilah yang akan menyalakan kobaran neraka dalam dirimu. Makanan tidak sehat yang dimakan seseorang menimbulkan penyakit pada tubuh orang itu, bukan karena dokter jengkel kepadanya karena melanggar nasehat-nasehatnya.
"Celakalah 'kau, wahai diri, karena cintamu yang berlebihan kepada dunia! Jika kau tidak percaya pada surga dan neraka, bagaimana mungkin kau percaya pada mati yang akan merenggut semua kenikmatan duniawi dirimu dan menyebabkan kau menderita oleh perpisahan itu sebanding dengan keterikatanmu pada kenikmatan duniawi itu. Kenapa kau dicipta setelah dunia? Jika semuanya, dari timur sampai barat, adalah milikmu dan menyembahmu, toh dalam waktu singkat semuanya itu akan menjelma menjadi debu bersama dirimu, dan pemusnahan akan menghapuskan namamu sebagaimana raja-raja sebelummu. Tetapi sekarang, mengingat bahwa kau hanyalah memiliki sebagian sangat kecil dari dunia ini dan itu pun bagian yang kotor daripadanya, akankah kau begitu gila untuk menukar kebahagiaan abadi dengannya, permata yang mahal dengan sebuah gelas pecah yang terbuat dari lempung dan menjadikan dirimu bahan tertawaan orang-orang di sekitarmu?"
SelanjÜtnÿa•♫


0 Asmaul Husna



Asmaul Husna (Nama Nama Allah)

  1. Allah, Allah satu-satunya Tuhan yang layak disembah, yang menjadikan ada dari yang tiada
  2. Ar-Rahman, Maha Pemurah, Allah menghendaki kebaikan bagi segenap makhluk-Nya di dunia
  3. Ar-Rahim, Maha Penyayang, Allah senantiasa bertindak dengan penuh kasih sayang ( dengan kasih sayang yang luar biasa)
  4. Al-Malik, Maha Merajai/Pemerintah, Allah merajai seluruh alam semesta (Allah sebagai raja diraja)
  5. Al-Qudduus, Maha Suci, Allah suci dan bebas dari segala bentuk kesalahan
  6. As-Salam, Maha Pemberi Kesejahteraan/keselamatan, Allah membebaskan hamba-Nya dari segala bahaya dan kekurangan
  7. Al-Mu’min, Maha Pemberi Keamanan/Terpercaya, Allah memberi keamanan di hati hamba-Nya serta paling dipercaya oleh hamba-Nya
  8. Al-Muhaimin, Maha Pemelihara, Allah mengawasi dan melindungi/menjaga semua ciptaan-Nya
  9. Al-’Aziiz, Maha Perkasa, Allah yang paling perkasa
  10. Al-Jabbaar, Maha Pemaksa, kehendak Allah tidak dapat diingkari oleh siapapun
  11. Al-Mutakabbir,Yang Memiliki Kebesaran, Allah menunjukkan kebesaran-Nya melalui banyak hal dan cara
  12. Al-Khaaliq, Maha Pencipta, Allh menciptakan makhluk-Nya, menentukan keberadaan, kondisi dan peristiwa yang dialami makhluk-Nya
  13. Al-Baari’, Maha Membentuk, Allah membentuk sehingga semula bagian ciptaan-Nya berada dalam kecocokan/kesempurnaan
  14. Al-Mushawwir,Maha Membentuk Rupa, Allah merancang segala sesuatu, memberikan masing-masing bentuk dan karakter
  15. Al-Ghaffaar, Maha Pengampun, Allah selalu mengampuni hamba-Nya
  16. Al-Qahhaar, Maha Menundukkan, Allah dapat menundukkan dan berkuasa atas segala sesuai kehendak-Nya
  17. Al-Wahhaab, Maha Pemberi, Allah senantiasa memberi karunia dalam segala bentuknya
  18. Ar-Razzaaq, Maha Pemberi Rizki, Allah menyediakan segala sesuatu yang berguna bagi makhluk-Nya
  19. Al-Fattaah, Maha Pembuka, Allah membuka pintu rahmat, solusi atas segala masalah, dan membuat segalanya mudah bagi hamba-Nya
  20. Al-’Aliim, Maha Mengetahui, Allah memiliki pengetahuan atas segala hal
  21. Al-Qaabidh, Maha Menyempitkan, Allah menyempitkan hidup dan rezeki siapa yang dikehendaki-Nya
  22. Al-Baasith, Maha Melapangkan, Allah melapangkan hidup dan rezeki siapa yang dikehendaki-Nya
  23. Al-Khaafidh, Maha Merendahkan, Allah merendahkan/menurunkan derajat siapa yang dikehendaki-Nya
  24. Ar-Raafi’, Maha Meninggikan, Allah meninggikan/menaikkan derajat siapa yang dikehendaki-Nya
  25. Al-Mu’izz, Maha Memuliakan, Allah memberikan kehormatan dan kemuliaan bagi siapa yang dikehendaki-Nya
  26. Al-Mudzill, Maha Menghinakan, Allah memberikan kehinaan bagi siapa yang dikehendaki-Nya
  27. As-Samii’, Maha Mendengarkan, Allah selalu mendengarkan setiap perkataan makhluk-Nya baik yang diucapkan maupun tidak
  28. Al-Bashiir, Maha Melihat, Allah selalu melihat setiap perbuatan makhluk-Nya
  29. Al-Hakam, Maha Menetapkan, Allah menetapkan hukum dan memenangkan kebenaran
  30. Al-’Adl, Maha Adil, tidak ada yang dapat menyamai keadilan Allah atas segala makhluk-Nya
  31. Al-Lathiif, Maha mengetahui hingga ke yang paling halus dari segala hal
  32. Al-Khabiir, Maha Mengetahui Rahasia, Allah mengetahui hingga ke rahasia terdalam dari segala hal
  33. Al-Haliim, Maha Penyantun, Allah senantiasa menyantuni hamba-Nya
  34. Al-’Azhiim, Maha Agung, Allah adalah yang paling agung
  35. Al-Ghafuur, Maha Pengampun, Allah menyembunyikan kesalahan makhluk-Nya
  36. Asy-Syakuur, Maha Penerima Syukur, Allah senantiasa membalas hamba-Nya yang bersyukur
  37. Al-’Aliyy, Maha Tinggi, Allah memiliki kedudukan yang paling tinggi dan paling agung
  38. Al-Kabiir, Maha Besar, Allah memiliki kebesaran di atas segala hal
  39. Al-Hafiizh, Maha Menjaga, Allah menjaga dan memelihara semua makhluk-Nya hingga ke hal-hal terkecil
  40. Al-Muqiit, Maha Pemberi Kecukupan, Allah yang mencukupi semua kebutuhan makhluk-Nya
  41. Al-Hasiib, Maha Membuat Perhitungan, Allah menghitung dan mengetahui hingga ke hal terkecil
  42. Al-Jaliil, Maha Luhur, Allah memiliki semua keagungan dan kemuliaan
  43. Al-Kariim, Maha Mulia, Allah memiliki kemuliaan yang berlimpah
  44. Ar-Raqiib, Maha Mengawasi, Allah selalu mengawasi dan tidak pernah lengah walau sesaat
  45. Al-Mujiib, Maha mengabulkan, Allah keinginan hamba yang berdo’a kepada-Nya
  46. Al-Waasi’, Maha Luas, pemberian Allah sangat luas dan tidak memiliki batas
  47. Al-Hakim, Maha Bijaksana, semua perintah dan perbuatan Allah adalah kebijaksanaan (dilandasi kebijaksanaan)
  48. Al-Waduud, Maha Pencinta, Allah mencintai hamba-Nya dan memberikan kasih sayang terhadap hamba-Nya
  49. Al-Majiid, Maha Mulia, Allah memiliki kemuliaan yang paling besar dan paling tinggi
  50. Al-Baa’its, Maha Membangkitkan, Allah menghidupkan yang mati dan membangkitkan mereka dari kubur
  51. Asy-Syahiid, Maha Menyaksikan, Allah hadir di setiap tempat dan mengamati
  52. Al-Haqq
  53. Al-Wakiil
  54. Al-Qawiyy
  55. Al-Matiin
  56. Al-Waliyy
  57. Al-Hamiid
  58. Al-Muhshi
  59. Al-Mubdi’
  60. Al-Mu’iid
  61. Al-Muhyi
  62. Al-Mumiit
  63. Al-Hayy
  64. Al-Qayyuum
  65. Al-Waajid
  66. Al-Maajid
  67. Al-Waahid
  68. Al-Ahad
  69. Ash-Shamad
  70. Al-Qaadir
  71. Al-Muqtadir
  72. Al-Muqaddim
  73. Al-Mu’akhkhir
  74. Al-Awwal
  75. Al-Aakhir
  76. Azh-Zhaahir
  77. Al-Baathin
  78. Al-Waali
  79. Al-Muta’aali
  80. Al-Barru
  81. At-Tawwaab
  82. Al-Muntaqim
  83. Al-’Afuww
  84. Ar-Ra’uuf
  85. Maalik Al-Mulk
  86. Dzul-Jalaali wal-Ikraam
  87. Al-Muqsith
  88. Al-Jaami’u
  89. Al-Ghaniyy
  90. Al-Mughnii
  91. Al-Maani’
  92. Adh-Dhaarru
  93. An-Naafi’
  94. An-Nuur
  95. Al-Haadii
  96. Al-Badii’u
  97. Al-Baaqii
  98. Al-Waarits
  99. Ar-Rasyiid
  100. As-Shabuur
SelanjÜtnÿa•♫


0 Doa Seorang Wanita...



Ya Allah...
Jika aku jatuh cinta..
Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu
Agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu

Ya Muhaimin...
Jika aku jatuh cinta..
jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah...
Jika aku jatuh hati..
Jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu 



Ya Rabbul Izzati..
Jika aku rindu,..
Rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid dijalan-Mu

Ya Allah...
Jika aku menikmati cinta kekasih-Mu
Janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu

Ya Allah ...
Jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu
Jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi yang hanya kepada-Mu


Amin
SelanjÜtnÿa•♫


Total Tayangan

Wiwit  Pujiani

Return to top of page Copyright © 2011 | Platinum Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors